SAHABAT PROJECT ANDA
0 produk di keranjang belanja Anda

Tidak ada produk di keranjang.

Jangan pedulikan rezekimu, karena pencariaannya padamu lebih berat daripada pencarianmu padanya. Jika engkau mendapatkan rezeki hari ini, maka buang jauh-jauh pikiran tentang rezeki hari esok sebagaimana engkau tinggalkan hari kemarin yang telah berlalu dan tanpa kau tahu esok hari, apakah rezekimu apakah rezeki akan sampai kepadamu atau tidak. Bersibuklah dengan harimu. Jika engkau mengenal al-Haqq ‘Azza wa Jalla, niscaya engkau hanya akan bersibuk dengan-Nya, dan melupakan pencarian rezeki. Kewibawaan-Nya akan menghalaumu dari mencarinya, sebab lidah orang mengenal Allah ‘Azza wa Jalla telah kelu dan kaku (terbelenggu).

Seorang yang arif akan senantiasa membisu dihadapan al-Haqq, hingga Dia (berkenan) mengembalikannya untuk kemaslahatan manusia, ketika Dia sudah berkenan, maka Dia akan melenyapkan belenggu dan kekeluan dari lidahnya. Musa As misalya, selama ia menggembala domba, lidahnya kelu terbelenggu, lalu tatkala al-Haqq berkehendak mengembalikannya, maka Dia kemudian mengilhami untuk mengucap : “Dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. 20:27-28). Seolah-olah ia ingin mengatakan, “Tatkala menggembala domba di padang daratan, aku memang tidak membutuhkan ini, tapi sekarang telah tiba waktuku untuk bersibuk mengurusi manusia dan berbicara dengan mereka, maka aku memohon hilangkanlah belenggu kekakuan dari lidahku.” Benar, Allah pun lalu mengangkat belenggu dari lidahnya. Kemudian ia bisa fasih menuturkan 70 kalimat yang mudah dipahami, padahal pada waktu kecilnya ia tidak bisa berbicara beberapa kalimat yang mudah sekalipun, karena (pada waktu itu) Allah mengkwatirkan ia akan berbicara tidak sesuai kondisinya dihadapan Fir’aun dan Asiyah, maka Allah ‘Azza wa Jalla pun lantas menyuapinya batu arang.

Wahai pemuda! Kulihat engkau kurang mengetahui makrifat tentang Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasulnya, juga kurang mengetahui tentang para wali-Nya, abdal (pengganti) nabi-nabi-Nya, dan khalifah (wakil-Nya) dalam mengurusi manusia. Engkau kosong dari substansi, sangkar tanpa burung, rumah kosong yang rusak, pohon yang telah mengering dan berjatuhan daun-daunnya. Keramaian hati seorang hamba hanya bisa diraih dengan Islam, untuk kemudian merealisasikan hakikatnya, yaitu istislam (kepasrahan). Maka, pasrahlkanlah dirimu pada Allah sepenuhnya, niscaya nafsu dan orang selainmu akan tunduk kepadamu. Keluarlah dari dirimu dan juga mereka segenap hatimu. Berdirilah dihadapan Allah dengan telanjang, tanpa dirimu dan tanpa mereka. Jika Allah berkenan, Dia sendiri yang akan memakaikanmu busana dan mengembalikanmu pada manusia, hingga amr-Nya terimplementasi didalam dirimu dan mereka atas ridha Rasul SAW. Kemudian berdirilah menanti apa yang Dia perintahkan sambil menyetujui seagala yang Dia tentukan atasmu. Setiap orang yang melepaskan diri dari segala selain al-Haqq ‘Azza wa Jalla dan berdiri dihadapan-Nya diatas jejak kaki-kaki hati nuraninya, maka ia berbicara dengan lisan al-hal (menurut kondisi) sebagaimana ucapan Musa : “Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” (QS. 20:84).

Aku tinggalkan dunia dan akhiratku, juga seluruh makhluk. Aku putuskan segela sarana. Aku tanggalkan segala kepemilikan, dan aku segera menuju-Mu agar Engkau ridha menerimaku dan mengampuniku atas kebersamaanku dengan mereka sebelum ini.

Hai bodoh! Di mana engkau berada dalam hal ini? Engkau hanyalah budak penyembah manusia dan musyrik (menyandingkan) mereka (dengan Allah), sebab engkau memperhitungkan mereka dalam masalah bahaya dan manfaat. Engkau adalah budak penyembah neraka, karena engkau ketakutan memasukinya. Di mana kalian semua dari Sang Maha Pembolak-balik hati dan dari al-Abshar yang berfirman pada sesuatu “Jadilah,” maka ia pun langsung mewujud jadi.

Wahai pemuda! Janganlah tertipu dengan ketaatanmu dan berbangga hati dengannya. Mintalah selalu pada Allah ‘Azza wa Jalla agar berkenan menerimanya. Hati-hati dan takutlah, jika Dia memindahkanmu pada selainnya. Apa jadinya dirimu jikalau dititahkan pada ketaatanmu, “Jadilah Maksiat!” dan pada kemurnianmu, “Jadilah kotoran!” Barang siapa yang mengenal Allah, maka ia tidak akan pernah terpaku pada sesuatu, apalagi tertipu dengan sesuatu. Ia tidak pernah merasa tentram sebelum ia keluar dari dunia dalam keadaan selamat agamanya serta terpelihara segala sesuatu yang terjalin antara ia dan Allah ‘Azza wa Jalla.

Wahai manusia! Beramallah dengan amalan hati dan ikhlaslah. Keihklasan yang sempurna adalah kekosaongan orientasi dari selai Allah ‘Azza wa Jalla dan hanya makrifat Allah ‘Azza wa Jalla sajalah yang pokok. Kuperhatikan kalian hanyalah para pembual kata dan perbuatan, dalam keramaian dan kesepian. Kalian tidak memiliki konsistensi (Tsabat). Kalian berbicara tanpa bertindak, dan kalaupun beramal amalan kalian tidak disertai keikhlasan dan tauhid. Jika dihadapanku saja tanganmu sudah kelihatan berlumuran kotoran, apalah guna engkau mengharap amalanmu akan diterima dan diridhoi oleh al-Haqq ‘Azza wa Jalla. Sebentar lagi akan terbongkar tiraimu didepan jendela dan nyala api neraka, Maka akan dikatakanlah, “Ini putih,” “Ini hitam,” dan “Ini rancu.” semuanya akan tampak tertata pada Hari Kiamat. Begitulah yang akan yang akan dikatakan pada setiap amalan yang kauinfakkan.

Setiap amalan yang didedikasikan pada selain Allah adalah kebatilan. Maka beramallah, cintai, temani, dan memohonlah pada Dzat Yang “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia.” (QS. 42:11).